Senin, 12 Desember 2011

Ikuti Kesalihan Ritual dengan Kesalihan Moral
(Oleh: Jamal Mustofa)

Kenapa Negara kita banyak terjadi korupsi?....ini barangkali menjadi pertanyaan saya dan juga teman-teman hampir setiap saat. Hal ini disebabkan karena hampir setiap stasiun televisi dan media tertulis menyiarkan berita-berita tentang korupsi di negeri tercinta ini. Indonesia yang dikenal dengan budaya timurnya seyogyanya bisa meminimalisir kejahatan krah putih (white collar crime) ini.

Barangkali tidak heran pada hari-hari tertentu tempat-tempat ibadah penuh sesak dengan jamaah. Seakan-akan kehidupan spiritual sudah terwakili dengan ritualitas-ritualitas itu. Acapkali ini merepresentasi bahwa dengan ritualitas-ritualitas itu maka nilai-nilai kehidupan sudah bisa terkendali. Namun ternyata ‘TIDAK’.

Banyak akhir-akhir ini kita lihat di berita-berita stasiun televisi, media surat kabar, dan media-media lain bahwa korupsi sudah merajalela. Ironisnya para penjahat korupsi itu adalah tokoh-tokoh yang seharusnya menjadi panutan masyarakat. Kalau saya pernah berdiskusi dengan sahabat saya, kenapa kok pelaku-pelaku korupsi itu memiliki nama yang maknanya baik. Jawaban sahabat saya sederhana saja, yang baik orang tua mereka yang memberikan nama mereka dari kecil (baca artikel di blok ini berjudul: Arti Sebuah Nama itu Apa?).

Pengertian moral kalau kita amati dalam kehidupan sehari-hari khususnya ketika kita berhubungan dengan sesama makhluk (baca: manusia), sering kabur. Moral hanya dipandang sebagai etika dalam pergaulan yang disamakan dengan sopan santun, tata krama atau dalam bahasa Jawanya ‘unggah ungguh’. Padahal kalau kita sadari bentuk sopan santun tidak selalu murni, karena mengingat adanya kepentingan (interest) sehingga banyak sopan santun atau unggah ungguh berisi basa basi yang penuh dengan kepalsuan. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari hal-hal sedemikian.

Pengertian moral sebetulnya lebih dari itu. Dalam hubungan dengan manusia (habluminannaas) kesalihan moral bisa ditunjukkan dengan adanya keikhlasan kita berinteraksi dengan orang lain tanpa ada pamrih atau interest apapun serta dilandasi niat untuk mendapatkan keridloan dari Tuhan Yng Maha Kuasa. Disamping itu kesalihan moral juga dapat terlihat ketika kita dalam kondisi sendirian atau pada saat negosiasi dengan orang lain menyadari bahwa sesungguhnya ada kekuatan yang selalu memantau dan mengamati gerak-gerik kita yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila kita sadari itu, maka kesalihan moral akan melekat pada diri kita. Sehingga mampu membentengi diri kita  dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Seperti yang disampaikan sahabat kepada saya.

(Disarikan  dari khotbah Jum’at pada tanggal 9 Desember 2011, di Masjid Baitul Hidayah, Bandara Adisutjipto, Yogyakarta dan kemudian didiskusikan dengan sahabat saya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar